Pesan dari Sang Tirani Malam



Dentuman besar memecah sunyi
Merebut potongan mimpi
Mencabik kisah di antah barantah

Pun, gema masih terdengar
Menembus dinding tegar
Menerobos lorong kosong
Dan tanpa ku pinta
Ia memekak-kan telinga

Perlahan,
Jeritan tangis mulai terdengar
Rintih kesakitan menyapa indra
Detik itu,
Porak porandanya desa,
Menjadi hiasan malam

Merekah merah kobaran api
Melahap perlahan atap-atap jerami
Menyisakan haru
Juga tumpukan abu

Sungguh keji!
Manusia tak berdosa pun mati
Menghadap dengan penuh tanda tanya
Kepada Lillahi Robbi

Mengapa bisa aku mati secepat ini?
Apa yang aku lakukan?
Seingatku,
Aku hanya terlelap kala itu
Di sisi ibundaku

Mungkin itu yang mereka pikirkan
Seribu tanda tanya di benak mereka
Mati? Ah! Bagaimana bisa/
Apa salahku hai manusia keji!
Lagi-lagi penasaran masih menghantuinya

Sungguh buta para tirani itu
Ketika tangis pecah
Jasad tanpa nyawa bergelimpungan
Nun jauh di sana
Mereka tertawa bahagia

Komentar